Thursday, January 29, 2009

KISI KISI UAS tanggal 2 Feb 09

kisi-2 UAS tgl 2 Feb 09

no 1 : tentang apron (pelajari sesuatu di perkuliahan terakhir)

no 2 : dari mailing list AIRTRANS (berhubungan dengan ground handling)

no 3 : dari milis airtrans, (berhubungan dengan IATA)

no 4 : dari milis airtrans, (berhubungan dengan area terminal dan atau cargo)

no 5 : tentang GSE (itungan)

ujian close book...

sebaiknya belajar dari tugas mandiri mereka deh (tugas milis)
sebaiknya mereka banyak koordinasi dengan rekan-2 sekelasnya

selamat Ujian semoga sukses......

--
Best Regards,
Eko Probo D' Warpani
E-mail : eko_probo@cgk. gapura.co. id
ekoprobo@yahoo. com
Mobile : 0818 808 EKO
Office : 021 55913557
YM : ekoprobo

Tuesday, January 27, 2009

Airtrans Sunday Morning 2

Hohoho
Minggu 25 Jan 09 kita kumpul lagi di senayan ga tau itu emang yang niat olah raga beneran, cuma cuci mata, atau niat cuma pengen makan lontong sayurnya BFS...

Kata Mamee Rina...
"Kalo hare gene masih ada yang nanya "gimana acara Airtrans kemaren rame ga?" wah salah bangged tuh nanyanya...secara ga pernah banget ada acara Airtrans yg sepi...walopun yg dateng itu lagi-itu lagi orangnya tapi fun abeizzzzzzzzzzzz....."

Tapi dibilang itu-itu aja orangnya engga juga sih...buktinya gw sukses ngebajak anak yang baru banget join di Airtrans buat ngikut..lah malah dia yang nawarin diri mo ikutan (walopun sempet ketiduran tuh...) Salut Buat Manda MBU 05 (Nah pada baru taukan ternyata STMT ada jurusan MBU = Manajemen Bandar Udara) bayangin bela-belain naek motor dari cijantung ke senayan...

Malah disana juga kita ketemu Alumni STMT juga yang rencana nya bakal jadi calon Member Airtrans...n bangga banget malah bisa foto foto sama kita...surprise banget malah doi..sampe ngomong.."koq masih pada bisa sih ngumpul2 kayak gini?" n sedikit bingung ngeliat muka-mukanya dari angkatan 92,93, sampe 05 berbaur jadi satu...

hohoho mungkin kalo perlu anak2 yang baru mau daftar di STMT udah kita bajak buat active di Airtrans (Mungkin ga sih....???? Mungkinlah buktinya ada tuh yang katanya cikal bakal masuk STMT)...kita buktiin aja nanti kalo anaknya mamee ngga masuk STMT Mamee kita kempesin (Hehehehe Piss)...tapi asli mamee anaklu sehat bangettttttttttt kayak bapao...hohohoho

Asli cape ga berasa yang ada perut cape ketawa...untuk hari ini kita ga gangguin nak UI yg lagi buka stand cek tensi darah...tapi kita godain 2 orang cewe pake baju Playboy hitam...hehehehe (ko kita sih...orang yg gangguin cuma BFS sama Bang Win...)

Ampe saat ini qita masih ngarepin member-member Airtrans yang belum pernah menampakkan wujudnya...ayo donk di jamin ga nyesel dah...

kita tunggu di acara Airtrans selanjutnya

Salam
YaNo RaMoNe

Monday, January 26, 2009

Apa sih Imlek?

Aslinya Imlek atau Sin Tjia adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru. Perayaan ini juga berkaitan dengan pesta para petani untuk menyambut musim semi. Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama. Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta, dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

Karena perayaan Imlek berasal dari kebudayaan petani, maka segala bentuk persembahannya adalah berupa berbagai jenis makanan. Idealnya, pada setiap acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Di Cina, hidangan yang wajib adalah mie panjang umur (siu mi) dan arak. Di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti "kemakmuran," "panjang umur," "keselamatan," atau "kebahagiaan," dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur.

Kue-kue yang dihidangkan biasanya lebih manis daripada biasanya. Diharapkan, kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis. Di samping itu dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok dan kue keranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

Ada juga makanan yang dihindari dan tidak dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak dihidangkan karena makanan ini melambangkan kemiskinan.

Kedua belas hidangan itu lalu disusun di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. Pemilik rumah lalu berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan.

Di malam tahun baru orang-orang biasanya bersantap di rumah atau di restoran. Setelah selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa. Pada waktu ini disediakan camilan khas Imlek berupa kuaci, kacang, dan permen.

Pada waktu Imlek, makanan yang tidak boleh dilupakan adalah lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar, serta manisan kolang-kaling. Agar pikiran menjadi jernih, disediakan agar-agar yang dicetak seperti bintang sebagai simbol kehidupan yang terang.

Tujuh hari sesudah Imlek dilakukan persembahyangan kepada Sang Pencipta. Tujuannya adalah sujud kepadaNya dan memohon kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru dimasuki.

Lima belas hari sesudah Imlek dilakukan sebuah perayaan yang disebut dengan Cap Go Meh. Masyarakat keturunan Cina di Semarang merayakannya dengan menyuguhkan lontong Cap Go Meh yang terdiri dari lontong, opor ayam, lodeh terung, telur pindang, sate abing, dan sambal docang. Sementara di Jakarta, menunya adalah lontong, sayur godog, telur pindang, dan bubuk kedelai.

Pada waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi barongsai dan kembang api.

source www.seasite.niu.edu

Saturday, January 24, 2009

RAPUH - Joeniar Arief

Lirik lagu Rapuh by Joeniar Arief

kau tak tahu betapa rapuhnya aku
bagai lapisan tipis air yang beku
sentuhan lembut kan hancurkan aku

walaupun cinta tak sempurna
menghampiriku seketika
kuingin kau tahu betapa rapuhnya aku

*kau tak tahu betapa rapuhnya aku
disitu rasa luka di masa lalu
ku pernah mencintai sepenuh hati...

**dan ku terluka, luka membekas
bekas membuat, buat slamanya
selamanya ku, ku kan selalu
ku kan selalu rapuh

kau ingin tunjukkan kepada dunia
tak hanya ada karena masa lalu
tapi masih ada harapan bagi yang baru

kau tawarkan ku sejuta harapan
namun kenangan itu tak pernah hilang
ku ingin kau tahu betapa rapuhnya aku

repeat *,**

kau datang bagai hujan
basahi tanah hati
tapi kau lihat sendiri
luka ini

repeat **

ku kan selalu rapuh

Download lagu Rapuh

Wednesday, January 21, 2009

Obama Inaugural Speech

'We seek a new way forward'

My fellow citizens:

I stand here today humbled by the task before us, grateful for the trust you have bestowed, mindful of the sacrifices borne by our ancestors. I thank President Bush for his service to our nation, as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition.

Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of peace. Yet, every so often, the oath is taken amidst gathering clouds and raging storms. At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because We the People have remained faithful to the ideals of our forbearers, and true to our founding documents.

So it has been. So it must be with this generation of Americans.

That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war, against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the nation for a new age. Homes have been lost; jobs shed; businesses shuttered. Our health care is too costly; our schools fail too many; and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet.

These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less measurable but no less profound is a sapping of confidence across our land--a nagging fear that America's decline is inevitable, and that the next generation must lower its sights.

Today, I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this, America--they will be met.

On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord.

On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn-out dogmas, that for far too long have strangled our politics.

We remain a young nation, but in the words of Scripture, the time has come to set aside childish things. The time has come to reaffirm our enduring spirit, to choose our better history, to carry forward that precious gift, that noble idea, passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.

In reaffirming the greatness of our nation, we understand that greatness is never a given. It must be earned. Our journey has never been one of shortcuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted--for those who prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame. Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things--some celebrated but more often men and women obscure in their labor, who have carried us up the long, rugged path towards prosperity and freedom.

For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life.

For us, they toiled in sweatshops and settled the West; endured the lash of the whip and plowed the hard earth.

For us, they fought and died, in places like Concord and Gettysburg; Normandy and Khe Sahn.

Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America as bigger than the sum of our individual ambitions; greater than all the differences of birth or wealth or faction.

This is the journey we continue today. We remain the most prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week or last month or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions--that time has surely passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.

For everywhere we look, there is work to be done. The state of the economy calls for action, bold and swift, and we will act--not only to create new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us together. We will restore science to its rightful place, and wield technology's wonders to raise health care's quality and lower its cost. We will harness the sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we will transform our schools and colleges and universities to meet the demands of a new age. All this we can do. All this we will do.

Now, there are some who question the scale of our ambitions--who suggest that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short. For they have forgotten what this country has already done; what free men and women can achieve when imagination is joined to common purpose, and necessity to courage.

What the cynics fail to understand is that the ground has shifted beneath them--that the stale political arguments that have consumed us for so long no longer apply. The question we ask today is not whether our government is too big or too small, but whether it works--whether it helps families find jobs at a decent wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end. And those of us who manage the public's dollars will be held to account--to spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day--because only then can we restore the vital trust between a people and their government.

Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched, but this crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of control--and that a nation cannot prosper long when it favors only the prosperous. The success of our economy has always depended not just on the size of our gross domestic product, but on the reach of our prosperity; on the ability to extend opportunity to every willing heart--not out of charity, but because it is the surest route to our common good.

As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers, faced with perils we can scarcely imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man, a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience sake. And so to all other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born: Know that America is a friend of each nation and every man, woman, and child who seeks a future of peace and dignity, and that we are ready to lead once more.

Recall that earlier generations faced down fascism and communism not just with missiles and tanks, but with the sturdy alliances and enduring convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor does it entitle us to do as we please. Instead, they knew that our power grows through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause, the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint.

We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more, we can meet those new threats that demand even greater effort--even greater cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly leave Iraq to its people, and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With old friends and former foes, we will work tirelessly to lessen the nuclear threat, and roll back the specter of a warming planet. We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense, and for those who seek to advance their aims by inducing terror and slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and cannot be broken; you cannot outlast us, and we will defeat you.

For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness. We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus--and non-believers. We are shaped by every language and culture, drawn from every end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in a new era of peace.

To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual interest and mutual respect. To those leaders around the globe who seek to sow conflict, or blame their society's ills on the West--know that your people will judge you on what you can build, not what you destroy. To those who cling to power through corruption and deceit and the silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history, but that we will extend a hand if you are willing to unclench your fist.

To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty, we say we can no longer afford indifference to the suffering outside our borders; nor can we consume the world's resources without regard to effect. For the world has changed, and we must change with it.

As we consider the road that unfolds before us, we remember with humble gratitude those brave Americans who, at this very hour, patrol far-off deserts and distant mountains. They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. We honor them not only because they are guardians of our liberty, but because they embody the spirit of service; a willingness to find meaning in something greater than themselves. And yet, at this moment--a moment that will define a generation--it is precisely this spirit that must inhabit us all.

For as much as government can do and must do, it is ultimately the faith and determination of the American people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours. It is the firefighter's courage to storm a stairway filled with smoke, but also a parent's willingness to nurture a child, that finally decides our fate.

Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends--honesty and hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism--these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history. What is demanded then is a return to these truths. What is required of us now is a new era of responsibility--a recognition, on the part of every American, that we have duties to ourselves, our nation, and the world, duties that we do not grudgingly accept but rather seize gladly, firm in the knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our character, than giving our all to a difficult task.

This is the price and the promise of citizenship.

This is the source of our confidence--the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny.

This is the meaning of our liberty and our creed--why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall, and why a man whose father less than 60 years ago might not have been served at a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath.

So let us mark this day with remembrance, of who we are and how far we have traveled. In the year of America's birth, in the coldest of months, a small band of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained with blood. At a moment when the outcome of our revolution was most in doubt, the father of our nation ordered these words be read to the people:

"Let it be told to [the] future world ... that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive ... that the city and the country, alarmed at one common danger, came forth to meet" it.

America: In the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it be said by our children's children that when we were tested, we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations.

Thank you. God bless you. And may God bless the United States of America.

Translate Indonesia
(ini hasil translate dari google, emang agak aneh hasil translatenya..tapi lumayan lah)

aya sesama warga:

Aku berdiri disini humbled oleh tugas sebelum kami, berterima kasih atas kepercayaan Anda telah, sadar bahwa korban ditanggung oleh nenek moyang kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush untuk layanan kami bangsa, serta hati dan dia telah menunjukkan kerjasama seluruh transisi ini.

Empat puluh empat orang Amerika telah mengambil sumpah presiden. Kata-kata yang telah diucapkan selama meningkatnya arus kesejahteraan dan masih air perdamaian. Namun, sering sekali, sumpah yang diambil di tengah-tengah mengumpulkan awan dan badai hebat. Pada saat ini, Amerika telah dibawa bukan hanya karena keahlian atau visi yang tinggi di kantor, tapi karena orang-orang yang Kami tetap setia kepada cita-cita kami kesabaran, dan benar kami mendirikan dokumen.

Jadi sudah. Jadi, ini harus dengan generasi Amerika.

Bahwa kami berada di tengah-tengah krisis sekarang dipahami. Bangsa kita adalah perang, terhadap jaringan sampai jauh kekerasan dan kebencian. Perekonomian kita yang sangat lemah, akibat dari keserakahan dan ketidakbertanggungjawaban pada bagian dari beberapa, tapi kami juga kegagalan kolektif keras untuk membuat pilihan dan untuk mempersiapkan bangsa yang baru usia. Rumah-rumah yang telah hilang; Tawaran kandang; shuttered bisnis. Kami kesehatan terlalu mahal, sekolah kami tidak terlalu banyak, dan setiap hari membawa bukti-bukti lebih lanjut bahwa cara kita menggunakan energi dan memperkuat kami adversaries mengancam planet kita.

Ini adalah indikator krisis, sesuai data dan statistik. Kurang terukur namun tidak kurang mendalam adalah sapping dari keyakinan kami di seluruh lahan - yang gerutuan takut bahwa Amerika menolak adalah pasti terjadi, dan bahwa generasi-nya rendah harus pemandangan.

Hari ini, saya katakan kepada Anda bahwa tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Mereka serius dan mereka banyak. Mereka tidak akan dengan mudah terpenuhi atau dalam kurun waktu singkat. Tapi tahu ini, Amerika - mereka akan terpenuhi.

Pada hari ini, kami berkumpul karena kami telah memilih harapan atas ketakutan, kesatuan tujuan melalui konflik dan perpecahan.

Pada hari ini, kami datang untuk menyatakan akhir ke petty grievances dan janji-janji palsu, yang recriminations dan lusuh dogmas, bahwa untuk jauh terlalu panjang telah kami tercekek politik.

Kami tetap muda bangsa, tetapi dalam kata-kata Alkitab, waktu telah datang untuk menyisihkan kanak-kanak itu. Waktu yang telah datang kepada kami lagi semangat bertahan, kami lebih memilih sejarah, untuk meneruskan hadiah yang berharga, bahwa ide mulia, disampaikan dari generasi ke generasi: Allah-janji yang diberikan semua orang sama, semua bebas, dan segala pantas kesempatan untuk mengejar mereka ukuran penuh kebahagiaan.

Dalam reaffirming yang kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran yang tidak pernah diberikan. Harus yang diperoleh. Perjalanan kita belum pernah salah satu cara pintas untuk menetap atau kurang. Belum path untuk suri-hati - untuk mereka yang lebih memilih bekerja selama liburan, atau hanya mencari kenikmatan dari kekayaan dan ketenaran. Sebaliknya, sudah risiko-takers, maka orang yang lalim, maka keputusan dari hal - beberapa dirayakan tetapi lebih sering laki-laki dan perempuan dalam mengaburkan mereka tenaga kerja, yang telah membawa kami yang panjang, kasar jalan menuju kemakmuran dan kebebasan.

Bagi kami, mereka dikemas mereka sedikit harta duniawi dan bepergian di lautan dalam mencari kehidupan baru.

Bagi kami, mereka toiled dan menetap di sweatshops Barat; tertahan yang memukul dari cambuk dan plowed hard bumi.

Bagi kami, mereka berjuang dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg; Normandy dan Khe Sahn.

Kali ini lagi dan laki-laki dan perempuan dan dikorbankan berjuang dan bekerja sampai tangan mereka adalah mentah supaya kita hidup kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika sebagai besar dari jumlah setiap ambisi-ambisi kita, lebih besar daripada semua perbedaan lahir atau kekayaan atau fraksi.

Ini adalah perjalanan kami terus hari ini. Kami tetap yang paling makmur, negara kuat di dunia. Kami adalah pekerja tidak kurang produktif dibandingkan saat ini mulai krisis. Pikiran kita tidak kurang cipta, kami barang dan jasa yang diperlukan tidak kurang daripada mereka terakhir atau minggu terakhir bulan atau tahun. Kapasitas kami tetap undiminished. Tapi kami waktu berdiri pat, untuk melindungi kepentingan sempit dan meletakkan off langu keputusan - waktu itu benar-benar telah berlalu. Mulai hari ini, kita harus memilih diri atas, debu diri, dan memulai kembali karya remaking Amerika.

Untuk mana-mana kita melihat, ada pekerjaan yang harus dilakukan. Keadaan ekonomi panggilan untuk tindakan, berani dan cepat, dan kami akan bertindak - bukan hanya untuk menciptakan pekerjaan baru, tetapi untuk meletakkan dasar yang baru untuk pertumbuhan. Kami akan membangun jalan dan jembatan, listrik dan digital grids baris pakan yang kami perdagangan dan mengikat kami bersama. Kami akan mengembalikan ilmu ke tempat yang sebenarnya, dan menggunakan teknologi dari keajaiban untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan biaya yang lebih rendah. Kami akan baju zirah matahari dan angin dan tanah kami untuk bahan bakar mobil dan kami jalankan pabrik. Dan kami akan kami mentransformasi sekolah dan universitas untuk memenuhi permintaan baru usia. Semua ini yang dapat kita lakukan. Semua ini akan kita lakukan.

Sekarang, ada beberapa pertanyaan yang skala ambisi-ambisi kami - yang menunjukkan bahwa sistem kami tidak dapat mentolerir terlalu banyak rencana besar. Kenangan mereka yang singkat. Sebab mereka telah melupakan apa negara ini telah dilakukan; gratis apa laki-laki dan perempuan dapat mencapai imajinasi adalah ketika bergabung dengan tujuan untuk umum, dan perlunya keberanian.

Apa yang cynics gagal untuk memahami bahwa tanah yang telah berubah di bawah mereka - yang basi politik argumen yang telah dikonsumsi begitu lama kita untuk tidak lagi berlaku. Pertanyaan kita hari ini adalah menanyakan apakah pemerintah tidak terlalu besar atau terlalu kecil, tapi apakah karya - baik membantu keluarga mencari pekerjaan di upah yang layak, perawatan mereka mampu, yang pensiun yang bermartabat. Tempat terbaik adalah ya, kami berniat untuk maju. Where the answer is no, program akan berakhir. Dan orang-orang dari kita yang mengatur masyarakat dolar akan diadakan untuk account - untuk menghabiskan bijak, reformasi kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kami dalam terang hari - hanya karena kita kemudian dapat mengembalikan kepercayaan penting antara masyarakat dan pemerintah .

Dan tidak pula pertanyaan apakah kita adalah pasar yang bagus untuk memaksa atau sakit. Kuasanya untuk menghasilkan kekayaan dan memperluas kebebasan yang tiada bandingan, tapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa mata waspada, pasar dapat memperlamakan kontrol - dan sebuah bangsa yang tidak beruntung bisa lama ketika nikmat hanya makmur. Keberhasilan perekonomian kita selalu tidak hanya bergantung pada ukuran produk domestik bruto kita, tetapi pada kami mencapai kesejahteraan; pada kemampuan untuk memperluas kesempatan untuk setiap rela hati - bukan dari kasih, tetapi karena ia adalah surest rute kami umum.

Bahwa kami berada di tengah-tengah krisis sekarang dipahami. Bangsa kita adalah perang, terhadap jaringan sampai jauh kekerasan dan kebencian. Perekonomian kita yang sangat lemah, akibat dari keserakahan dan ketidakbertanggungjawaban pada bagian dari beberapa, tapi kami juga kegagalan kolektif keras untuk membuat pilihan dan untuk mempersiapkan bangsa yang baru usia. Rumah-rumah yang telah hilang; Tawaran kandang; shuttered bisnis. Kami kesehatan terlalu mahal, sekolah kami tidak terlalu banyak, dan setiap hari membawa bukti-bukti lebih lanjut bahwa cara kita menggunakan energi dan memperkuat kami adversaries mengancam planet kita.

Ini adalah indikator krisis, sesuai data dan statistik. Kurang terukur namun tidak kurang mendalam adalah sapping dari keyakinan kami di seluruh lahan - yang gerutuan takut bahwa Amerika menolak adalah pasti terjadi, dan bahwa generasi-nya rendah harus pemandangan.

Hari ini, saya katakan kepada Anda bahwa tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Mereka serius dan mereka banyak. Mereka tidak akan dengan mudah terpenuhi atau dalam kurun waktu singkat. Tapi tahu ini, Amerika - mereka akan terpenuhi.

Pada hari ini, kami berkumpul karena kami telah memilih harapan atas ketakutan, kesatuan tujuan melalui konflik dan perpecahan.

Pada hari ini, kami datang untuk menyatakan akhir ke petty grievances dan janji-janji palsu, yang recriminations dan lusuh dogmas, bahwa untuk jauh terlalu panjang telah kami tercekek politik.

Kami tetap muda bangsa, tetapi dalam kata-kata Alkitab, waktu telah datang untuk menyisihkan kanak-kanak itu. Waktu yang telah datang kepada kami lagi semangat bertahan, kami lebih memilih sejarah, untuk meneruskan hadiah yang berharga, bahwa ide mulia, disampaikan dari generasi ke generasi: Allah-janji yang diberikan semua orang sama, semua bebas, dan segala pantas kesempatan untuk mengejar mereka ukuran penuh kebahagiaan.

Dalam reaffirming yang kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran yang tidak pernah diberikan. Harus yang diperoleh. Perjalanan kita belum pernah salah satu cara pintas untuk menetap atau kurang. Belum path untuk suri-hati - untuk mereka yang lebih memilih bekerja selama liburan, atau hanya mencari kenikmatan dari kekayaan dan ketenaran. Sebaliknya, sudah risiko-takers, maka orang yang lalim, maka keputusan dari hal - beberapa dirayakan tetapi lebih sering laki-laki dan perempuan dalam mengaburkan mereka tenaga kerja, yang telah membawa kami yang panjang, kasar jalan menuju kemakmuran dan kebebasan.

Bagi kami, mereka dikemas mereka sedikit harta duniawi dan bepergian di lautan dalam mencari kehidupan baru.

Bagi kami, mereka toiled dan menetap di sweatshops Barat; tertahan yang memukul dari cambuk dan plowed hard bumi.

Bagi kami, mereka berjuang dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg; Normandy dan Khe Sahn.

Kali ini lagi dan laki-laki dan perempuan dan dikorbankan berjuang dan bekerja sampai tangan mereka adalah mentah supaya kita hidup kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika sebagai besar dari jumlah setiap ambisi-ambisi kita, lebih besar daripada semua perbedaan lahir atau kekayaan atau fraksi.

Ini adalah perjalanan kami terus hari ini. Kami tetap yang paling makmur, negara kuat di dunia. Kami adalah pekerja tidak kurang produktif dibandingkan saat ini mulai krisis. Pikiran kita tidak kurang cipta, kami barang dan jasa yang diperlukan tidak kurang daripada mereka terakhir atau minggu terakhir bulan atau tahun. Kapasitas kami tetap undiminished. Tapi kami waktu berdiri pat, untuk melindungi kepentingan sempit dan meletakkan off langu keputusan - waktu itu benar-benar telah berlalu. Mulai hari ini, kita harus memilih diri atas, debu diri, dan memulai kembali karya remaking Amerika.

Untuk mana-mana kita melihat, ada pekerjaan yang harus dilakukan. Keadaan ekonomi panggilan untuk tindakan, berani dan cepat, dan kami akan bertindak - bukan hanya untuk menciptakan pekerjaan baru, tetapi untuk meletakkan dasar yang baru untuk pertumbuhan. Kami akan membangun jalan dan jembatan, listrik dan digital grids baris pakan yang kami perdagangan dan mengikat kami bersama. Kami akan mengembalikan ilmu ke tempat yang sebenarnya, dan menggunakan teknologi dari keajaiban untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan biaya yang lebih rendah. Kami akan baju zirah matahari dan angin dan tanah kami untuk bahan bakar mobil dan kami jalankan pabrik. Dan kami akan kami mentransformasi sekolah dan universitas untuk memenuhi permintaan baru usia. Semua ini yang dapat kita lakukan. Semua ini akan kita lakukan.

Sekarang, ada beberapa pertanyaan yang skala ambisi-ambisi kami - yang menunjukkan bahwa sistem kami tidak dapat mentolerir terlalu banyak rencana besar. Kenangan mereka yang singkat. Sebab mereka telah melupakan apa negara ini telah dilakukan; gratis apa laki-laki dan perempuan dapat mencapai imajinasi adalah ketika bergabung dengan tujuan untuk umum, dan perlunya keberanian.

Apa yang cynics gagal untuk memahami bahwa tanah yang telah berubah di bawah mereka - yang basi politik argumen yang telah dikonsumsi begitu lama kita untuk tidak lagi berlaku. Pertanyaan kita hari ini adalah menanyakan apakah pemerintah tidak terlalu besar atau terlalu kecil, tapi apakah karya - baik membantu keluarga mencari pekerjaan di upah yang layak, perawatan mereka mampu, yang pensiun yang bermartabat. Tempat terbaik adalah ya, kami berniat untuk maju. Where the answer is no, program akan berakhir. Dan orang-orang dari kita yang mengatur masyarakat dolar akan diadakan untuk account - untuk menghabiskan bijak, reformasi kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kami dalam terang hari - hanya karena kita kemudian dapat mengembalikan kepercayaan penting antara masyarakat dan pemerintah .

Dan tidak pula pertanyaan apakah kita adalah pasar yang bagus untuk memaksa atau sakit. Kuasanya untuk menghasilkan kekayaan dan memperluas kebebasan yang tiada bandingan, tapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa mata waspada, pasar dapat memperlamakan kontrol - dan sebuah bangsa yang tidak beruntung bisa lama ketika nikmat hanya makmur. Keberhasilan perekonomian kita selalu tidak hanya bergantung pada ukuran produk domestik bruto kita, tetapi pada kami mencapai kesejahteraan; pada kemampuan untuk memperluas kesempatan untuk setiap rela hati - bukan dari kasih, tetapi karena ia adalah surest rute kami umum.

Kepada dunia Muslim, kita mencari cara baru ke depan, berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati. Pemimpin orang-orang di seluruh dunia yang berusaha untuk menanamkan konflik, atau menyalahkan mereka kesulitan masyarakat di Barat - orang tahu bahwa Anda akan menghakimi Anda pada apa yang Anda dapat membangun, Anda tidak memusnahkan. Untuk orang-orang yang berpegang teguh kepada kuasa melalui korupsi dan kebohongan dan silencing dari perbedaan pendapat, bahwa Anda sedang berada di salah sisi sejarah, tetapi kami akan memperpanjang tangan jika Anda bersedia unclench Anda fist.

Kepada masyarakat miskin bangsa, kami berjanji untuk bekerja bersama Anda untuk membuat Anda peternakan berkembang dan membiarkan aliran air bersih, untuk memupuk starved badan dan pakan lapar pikiran. Bangsa dan orang-orang seperti kita yang menikmati relatif banyak, kita katakan, kita tidak bisa lagi mampu ketidakacuhan kepada kami menderita di luar batas-batas, dan tidak dapat kita mengkonsumsi sumber daya dunia tanpa mempedulikan efek. Bagi dunia berubah, dan kita harus berubah dengannya.

Seperti yang kita mempertimbangkan jalan yang unfolds sebelum kami, kami ingat bersyukur dengan rendah hati mereka yang berani Amerika, pada hari ini, patroli jauh jauh gunung dan pasir. Mereka perlu untuk memberitahu kami, hanya sebagai pahlawan yang gugur berbaring di Arlington berbisik melalui usia. Kami menghormati mereka bukan hanya karena mereka adalah wali kami kebebasan, tetapi karena mereka mewujudkan semangat layanan; yang berarti keinginan untuk menemukan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Namun, saat ini - waktu yang akan menentukan generasi - tepatnya ini adalah roh yang mendiami harus kita semua.

Untuk sebanyak pemerintah dapat dilakukan dan harus dilakukan, ia akhirnya iman dan penetapan atas orang Amerika yang bergantung bangsa ini. Adalah baik untuk mengambil dalam asing ketika levees istirahat, yang selflessness para pekerja yang bukan dipotong dari jam mereka melihat teman kehilangan pekerjaan yang kita melihat melalui kami gelap jam. It is the firefighter's keberanian untuk badai tangga yang penuh dengan asap, tapi juga dari orang tua untuk mendidik anak, yang akhirnya memutuskan nasib kami.

Kami mungkin akan tantangan baru. Instrumen yang kita bertemu dengan mereka yang mungkin baru. Dan orang-orang yang kami nilai atas keberhasilan tergantung - kejujuran dan kerja keras, keberanian dan bermain adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme - hal-hal ini sudah tua. Hal-hal ini adalah benar. Mereka telah menjadi tenang karena kemajuan kami sepanjang sejarah. Apa yang diminta kemudian adalah kembali kepada kebenaran. Apa yang diperlukan kita sekarang adalah sebuah era baru tanggung jawab - sebuah pengakuan, pada setiap bagian dari Amerika, bahwa kita mempunyai kewajiban untuk diri kita, bangsa kita, dan dunia, tugas-tugas yang kami tidak dgn enggan menerima tetapi merampas dengan gembira, perusahaan dalam pengetahuan yang ada sehingga tidak ada yang memuaskan untuk roh, maka kita mendefinisikan karakter, selain memberikan kita semua untuk tugas yang sulit.

Ini adalah harga dan janji kewarganegaraan.

Ini adalah sumber keyakinan kami - pengetahuan bahwa Allah memanggil kami untuk membentuk sebuah takdir pasti.

Ini adalah maksud kami kebebasan dan kepercayaan kami - mengapa laki-laki dan perempuan dan anak-anak dari setiap perlombaan dan setiap iman dapat bergabung dalam perayaan ini di mal megah, dan mengapa seorang ayah yang kurang dari 60 tahun lalu mungkin belum pernah menjabat di restoran lokal sekarang dapat berdiri di hadapan Anda untuk mengambil sumpah paling suci.

Jadi mari kita tandai hari ini dengan mengingat, siapa kita dan seberapa jauh kami telah dijalani. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang coldest, sebuah band kecil dari patriots huddled oleh campfires mati di pantai sungai yang dingin. Modal yang telah ditinggalkan. Musuh telah advancing. Salju telah dikotori dengan darah. Pada saat ketika hasil revolusi yang paling kami ragu, ayah dari bangsa memerintahkan kami akan membaca kata-kata ini kepada masyarakat:

"Biarlah ia diberitahu ke [yang] masa depan dunia ... bahwa pada kedalaman musim dingin, tetapi bila tidak ada harapan dan kebaikan dapat bertahan ... bahwa kota dan negara, di satu alarmed bahaya, datang ke luar untuk memenuhi" ini.

Amerika: Di muka umum kami bahaya, di musim dingin ini kami kesulitan, mari kita ingat kata-kata ini habis-habisan. Dengan harapan dan kebaikan, marilah kita berani sekali lagi dengan arus dingin, dan bertahan apa badai Mei datang. Mari dikatakan oleh anak-anak kita dari anak-anak yang diuji ketika kami, kami menolak untuk memberitahu akhir perjalanan ini, bahwa kami tidak kembali kami tidak terputus-putus, dan dengan mata tetap pada cakrawala dan rahmat Allah kepada kami, kami yang dibawa ke luar besar karunia kebebasan itu aman dan dikirimkan ke generasi.

Terima kasih. God bless you. Dan mungkin Tuhan memberkati Amerika Serikat.

(disadur dari Chicagotribune.com)

Tuesday, January 20, 2009

Airtrans de Cafe - FX Minus2

Akrab, itu kata yang tepat buat acara Airtrans de Cafe tanggal 16 Januari 2009 kemaren, acara yang awalnya mau diadakan di Starbuck, karena keterbatasan tempat terpaksa dipindah ke Cafe Minus2. Tempatnya asik banget! outdoor, pas diseberang lapangan Softball Senayan cuaca saat itu sepoi2 angin mendung...jadi adem deh...

Acara yang dikonformasi akan dihadiri 18 orang ini dihadiri, klo gak salah..13 orang (lupa abis ramenya kaya dihadiri 30 orang) mulai dari angkatan 92 sampai semester 5 hadir, gak ngeliat angkatan deh...pokoknya kita ngobrolin segala macem...mulai hobi, kampus, sampai waitres cantik berbaju abu-abu...

Banyak hal baru yang kita dapet saat ngumpul disini, khususnya buat angkatan tua (termasuk gw hehe..) yang baru tau arti kelas ZZ..., sedikit info, klo dulu kelas kita cuma A,B,C dst..sekarang ada kelas khusus yaitu ZZ, jangan salah sangka! bukan berarti saking banyaknya kelas jadi sampe ZZ, tapi ini adalah Kelas yang isinya adalah mahasiswa/i yang pada semester 1 dan 2 mendapatkan IP 3 keatas. Rasanya kurang tepat juga klo acara ini dibilang ngopi..., soalnya banyak yang laper dan pada makan Nasi goreng hehehe..., akhirnya acara ditutup pada jam 23.00 karena masih ada temen AIRTRANS yang kuliah dan kerja keesokan harinya...

What a warm chat...makes me keep smiling when i closed my eyes and see those memories flashing...

Sunday, January 18, 2009

Selamat Datang di AIRTRANS Trisakti

AIRTRANS Trisakti awalnya adalah sebuah komunitas, mahasiswa/i serta Alumni STMT Trisakti dari jurusan Management Transportasi Udara. Komunitas yang berawal dari milis airtrans@yahoogroups.com ini tercetus dari ide Sdr. Nursal & alumni-alumni lainnya pada tahun 2003 untuk menjembatani para mahasiswa yang masih aktif agar mengetahui "Dunia di Luar Kampus".

Ide tersebut muncul karena kekhawatiran para alumni STMT Trisakti jurusan udara melihat kenyataan bahwa banyak siswa/i STMT (termasuk para alumni dulu) yang saat melakukan PKL atau baru lulus tidak siap menghadapi "perbedaan sudut pandang" antara teori di kampus dan kenyataan dilapangan.

Hal-hal itulah yang mendasari dibuatnya AIRTRANS, sebagai ajang berbagi pengalaman para alumni dengan mahasiswa secara kekeluargaan, gak cuma sharing masalah kerjaan, bisa ngobrolin hobi, gosip, curhat bahkan ngumpul bareng...gak ada lagi tuh pengelompokan antara alumni dah mahasiswa, angkatan, kelas! kita semua kakak, adik dan teman...
That's what friend are for....

Thursday, January 15, 2009

Airtrans Sunday Morning 1

Setelah beberapa kali mengadakan acara yang berhubungan dengan microphone, tanggal 11 Januari 2009 kemarin, kita ngumpul lagi, kali ini acaranya berhubungan sama sepatu olah raga!

Acara yang awalnya direncanakan Jam 06:00 akhirnya "bergeser" 30 menit, lalu yang awalnya janjian di stadion Senayan juga begeser sedikit ke....tukang lontong sayur!

Ada kejadian unik saat gw ketemu ma FS, Yano and Eno, mereka lagi makan lontong sayur sambil berlari-lari kecil bareng tukang lontongnya ??!! gak taunya tukang lontongya lagi dikejar2 satpam Senayan jadi mereka joging bareng dah...hahahaha...

Akhirnya setelah keadaan kondusif, baru deh kita mulai makan lontong dengan tenang (sambil foto2 pastinya) kondisi yang selama ini cuma gw denger di milis, gw alamin sendiri! terus terang baru pertama ini ketemu langsung sama FS, Yano and Eno (pernah sih waktu di pelangi dulu tapi ramee bgt) tapi begitu ketemu kita kaya udah pernah ketemu lama! lsg heboh....

Lanjuut..., abis makan langsung deh mulai Joging, si Eno yang paling semangat! eh...baru satu puteran udah pada berenti lagi, godain anak UI yg lagi menggalang dana dengan membuka Stand pemeriksaan darah, gula dsb..., berenti lagi pura2 cek ini itu....

Abis puteran kedua, ada Juliette shooting, nonton dulu..., karena udah kecapean, timbulah ide si Eno mainan Squash2an,- itu lho, main tenis yang bolanya diiket ke batu jadi balik2 lagi- ternyata SUSAH...kebanyakan kelibet sama talinya hehehe...! Bahkan saking semangatnya, bolanya si yano sampe lepas dari talinya!! terbangg....(eh..abis itu bola gw juga kekeke...)

Udah cape keringetan, cape ketawa, cape foto2...badan sehat, hati senang...kita pulang deh, seru juga olah raga rame2 jadi semangat. Rencananya kita mau jadiin acara rutin setiap 2 minggu..so siap2 ya buat ikutan Airtrans Sunday Morning 2 yg rencananya diadain tgl. 25 Januari ini...